“Lota
Friends”
Semburat
mentari mulai menampakkan cahayanya, pagi ini aku bergegas berangkat sekolah,
seperti biasa aku berangkat sekolah dengan menggunakan sepeda, sepeda
kesayangan yang setia menemani hari-hari ku. Ku kayuh sepeda perlahan, tidak
perlu terburu - buru yang penting selamat sampai sekolah.
Ku lihat pemandangan sekitar jalanan pedesaan yang ku
lewati begitu asri, bunga-bunga bermekaran, burung-burung berkicauan riang
seolah bertasbih memuji Asma Allah.
“Odiii,
Tunggu kita..!!”, Suara itu terdengar seperti suara Tina, Andi, dan Lani. Aku
pun langsung mengerem sepedaku dan menoleh ke belakang.
“Eh, ternyata kalian, ayo kita berangkat bareng ke sekolah..!!”. Sahutku.
“Ayo Od.” Ujar Tina.
Aku, Andi, Tina, dan Lani pun berangkat ke sekolah bersama-sama dengan sepeda kami masing-masing.
“Eh, ternyata kalian, ayo kita berangkat bareng ke sekolah..!!”. Sahutku.
“Ayo Od.” Ujar Tina.
Aku, Andi, Tina, dan Lani pun berangkat ke sekolah bersama-sama dengan sepeda kami masing-masing.
“Lan, tumben kamu naik sepeda ke sekolah?”. Tanya ku pada
Lani.
“Iya nih Od, tumbenan yah, biasanya kan dianter sama ayahnya.” Ujar Andi.
“Hehe, sekarang aku mau nyoba pake sepeda ke sekolah kayaknya asyik kalau naik sepeda sama kalian bareng-bareng”, kata Lani.
“Oh, iya bagus kita kan harus belajar mandiri, lagi pula mengendarai sepeda ke sekolah kan lebih sehat sekalian olahraga.” Ujar Tina.
“Iya nih Od, tumbenan yah, biasanya kan dianter sama ayahnya.” Ujar Andi.
“Hehe, sekarang aku mau nyoba pake sepeda ke sekolah kayaknya asyik kalau naik sepeda sama kalian bareng-bareng”, kata Lani.
“Oh, iya bagus kita kan harus belajar mandiri, lagi pula mengendarai sepeda ke sekolah kan lebih sehat sekalian olahraga.” Ujar Tina.
Tak
terasa akhirnya kami sudah sampai di sekolah tercinta, SMP Pelita Bangsa. kami
pun memasuki kelas dengan penuh semangat, semangat menuntut ilmu.
Bel tanda pelajaran dimulai pun berbunyi dan Bu Nina guru Matematika kami memasuki ruangan kelas dengan setumpuk buku yang dibawanya.
Bel tanda pelajaran dimulai pun berbunyi dan Bu Nina guru Matematika kami memasuki ruangan kelas dengan setumpuk buku yang dibawanya.
Faisal selaku KM memimpin do’a, “Duduk Siap Graakk..!!,
berdo’a mulai”,
“Berdo’a selesai, Beri Saalam.!!”
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..!”
“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi anak anak..!!, apa kabarnya hari ini?”
“Alhamdulillah. Luar biasa. Allahu Akbar..!!”
“Bagus, Insya Allah pada semangat semua yah. Baik, kita mulai pelajaran Matematikanya, silahkan keluarkan buku tulis kalian.”
Alhamdulillah, tak terasa seluruh mata pelajaran pun berlangsung dengan lancar hingga akhir jam pelajaran. Tiba saatnya untuk kami pulang ke rumah.
“Berdo’a selesai, Beri Saalam.!!”
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..!”
“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi anak anak..!!, apa kabarnya hari ini?”
“Alhamdulillah. Luar biasa. Allahu Akbar..!!”
“Bagus, Insya Allah pada semangat semua yah. Baik, kita mulai pelajaran Matematikanya, silahkan keluarkan buku tulis kalian.”
Alhamdulillah, tak terasa seluruh mata pelajaran pun berlangsung dengan lancar hingga akhir jam pelajaran. Tiba saatnya untuk kami pulang ke rumah.
“Yuk ah, capcus kita
pulang.!” Seru Lani.
“Ayo...!!”
"Aku duluan yah, coba siapa yang bisa ngeduluin aku.??” Ucap Andi sambil mengendarai sepeda dengan mengebut.
“Ok, siapa takut, aku meski perempuan pasti bisa koq ngeduluin kamuu..” teriak Tina.
Tina pun menyusul, dengan sekuat tenaga dia mengayuh sepedanya.
“Eh Odi koq kamu malah diem, kenapa enggak cegah mereka balapan?” Tanya heran Lani kepadaku sambil agak panik.
“mmmm.. iii iyaa, aaa ayo kita kejar dan cegah mereka” Tukas ku terbata-bata.
“Ayoo cepeeet..!!, aku khawatir kalau terjadi sesuatu sama mereka.” Ujar Lani.
“Ayo...!!”
"Aku duluan yah, coba siapa yang bisa ngeduluin aku.??” Ucap Andi sambil mengendarai sepeda dengan mengebut.
“Ok, siapa takut, aku meski perempuan pasti bisa koq ngeduluin kamuu..” teriak Tina.
Tina pun menyusul, dengan sekuat tenaga dia mengayuh sepedanya.
“Eh Odi koq kamu malah diem, kenapa enggak cegah mereka balapan?” Tanya heran Lani kepadaku sambil agak panik.
“mmmm.. iii iyaa, aaa ayo kita kejar dan cegah mereka” Tukas ku terbata-bata.
“Ayoo cepeeet..!!, aku khawatir kalau terjadi sesuatu sama mereka.” Ujar Lani.
Di kejauhan sekitar 80 m dari sekolah, Tina dan Andi
balapan saling kejar mengejar untuk sampai ke Taman, tempat biasa kami
berkumpul dan bermain.
“le.. lele.. le.. le.. ayo kejar kalo bisa.” Ejek Andi kepada Tina.
“Andi awaaaaasss.. di depan kamuu..” Teriak Tina.
Dueegeerrr,.. akhirnya terjadi tabrakan antara Andi dan mobil Truk yang sedang parkir di pinggir jalan yang tak bisa dihindarkan.
“Tolooongg... Tolooonngg..” Teriak Tina minta tolong.
“le.. lele.. le.. le.. ayo kejar kalo bisa.” Ejek Andi kepada Tina.
“Andi awaaaaasss.. di depan kamuu..” Teriak Tina.
Dueegeerrr,.. akhirnya terjadi tabrakan antara Andi dan mobil Truk yang sedang parkir di pinggir jalan yang tak bisa dihindarkan.
“Tolooongg... Tolooonngg..” Teriak Tina minta tolong.
Datanglah warga sekitar menolong dan Andi pun
langsung dibawa ke R. S. Melati.
“Nak, sekarang kamu lebih baik beri tahu orang tuanya Andi, kalau Andi kecelakaan, sekarang Andi biar kami bawa ke rumah sakit.”. Ujar salah seorang warga.
“Baiklah pak, mohon bantuannya pak.” Kata Tina.
“Nak, sekarang kamu lebih baik beri tahu orang tuanya Andi, kalau Andi kecelakaan, sekarang Andi biar kami bawa ke rumah sakit.”. Ujar salah seorang warga.
“Baiklah pak, mohon bantuannya pak.” Kata Tina.
Ketika Tina hendak memberi tahu orang tua Andi, Tina
bertemu dengan Aku dan Lani.
“Tin, kenapa? Koq kayak yang terburu- buru seperti itu. Oh iya, Andi mana?” Tanya Lani.
“Iya, penjelasannya nanti saja, sekarang lebih baik kita ke rumah Andi dulu deh.” Ujar Tina.
Aku, Tina, dan Lani pun sampai di rumah Andi untuk memberi tahu bahwa Andi mengalami kecelakaan.
“Assalamu’alaikuuum.. Assalamu’alaikuum..”
“Wa’alaikum salam, ada apa nak Tina? Koq ngos-ngosan seperti itu.”
“Begini pak, bu, Andi kecelakaan.”
“Apaa?? Kecelakaan??” aku, Lani, ibu & ayahnya Andi sontak kaget mendengar Andi kecelakaan.
“Ayo pak, bu, sekarang kita ke R. S. Melati, sekarang Andi sedang dibawa ke R. S. Oleh warga kampung sebelah.”
“Baik, nak.”
“Tin, kenapa? Koq kayak yang terburu- buru seperti itu. Oh iya, Andi mana?” Tanya Lani.
“Iya, penjelasannya nanti saja, sekarang lebih baik kita ke rumah Andi dulu deh.” Ujar Tina.
Aku, Tina, dan Lani pun sampai di rumah Andi untuk memberi tahu bahwa Andi mengalami kecelakaan.
“Assalamu’alaikuuum.. Assalamu’alaikuum..”
“Wa’alaikum salam, ada apa nak Tina? Koq ngos-ngosan seperti itu.”
“Begini pak, bu, Andi kecelakaan.”
“Apaa?? Kecelakaan??” aku, Lani, ibu & ayahnya Andi sontak kaget mendengar Andi kecelakaan.
“Ayo pak, bu, sekarang kita ke R. S. Melati, sekarang Andi sedang dibawa ke R. S. Oleh warga kampung sebelah.”
“Baik, nak.”
Kami pun bergegas berangkat ke R. S. Melati, yang
jaraknya hanya sekitar 100 m dari rumah Andi. Aku, Lani, dan Tina mengendarai
sepeda, sedangkan ayah memboncengi ibunya Andi dengan sepeda motor berwarna
hitam miliknya.
“Sus, pasien yang bernama Andi Azhari di rawat di sebelah mana yah?” Tanya Bu Surya ibunya Andi ke salah satu suster yang ada di R. S. itu.
“Oh, Andi yang pasien baru dibawa tadi?, dia dirawat di Lantai 2 Ruang 29A bu, mari ikuti saya.” Ujar Suster.
“Sus, pasien yang bernama Andi Azhari di rawat di sebelah mana yah?” Tanya Bu Surya ibunya Andi ke salah satu suster yang ada di R. S. itu.
“Oh, Andi yang pasien baru dibawa tadi?, dia dirawat di Lantai 2 Ruang 29A bu, mari ikuti saya.” Ujar Suster.
Terlihat dari luar ruangan perawatan Andi yang terkapar
lemah tak berdaya sedang ditangani oleh dokter. Kami pun memasuki ruangan
tersebut.
“Dok, bagaimana keadaan anak saya dok?” Tanya Ayah Andi.
“Putra bapak tidak kenapa-napa, hanya saja ada luka memar di kepala bagian depan, dada, dan pundaknya.” Ujar Dokter.
“Tapi koq Andi tidak sadar-sadar dok?”
“Tenang saja pak, nanti juga Andi siuman.”
“Oh iya kalau begitu dok, terima kasih.”
“Iya, sama-sama, mari pak saya tinggal dulu”
“Iya, silahkan dok.”
“Andi, Andi, sadarlah nak, ibu sayang sekali sama kamu.” Ujar Bu Surya sambil menangis khawatir akan keadaan anaknya.
“Dok, bagaimana keadaan anak saya dok?” Tanya Ayah Andi.
“Putra bapak tidak kenapa-napa, hanya saja ada luka memar di kepala bagian depan, dada, dan pundaknya.” Ujar Dokter.
“Tapi koq Andi tidak sadar-sadar dok?”
“Tenang saja pak, nanti juga Andi siuman.”
“Oh iya kalau begitu dok, terima kasih.”
“Iya, sama-sama, mari pak saya tinggal dulu”
“Iya, silahkan dok.”
“Andi, Andi, sadarlah nak, ibu sayang sekali sama kamu.” Ujar Bu Surya sambil menangis khawatir akan keadaan anaknya.
Tak lama kemudian, akhirnya Andi pun siuman, namun
nampaknya dia agak sedikit keheranan, dia tidak sadar kalau dirinya sedang
berada di Rumah Sakit.
“Aduh, Andi dimana bu?”
“Kamu di R. S. di, kamu ini kenapa nak?, koq bisa menabrak mobil truk?”
“he,, anu bu, tadi Andi ngajak balapan ke temen-temen.”
“Aduh, Andi dimana bu?”
“Kamu di R. S. di, kamu ini kenapa nak?, koq bisa menabrak mobil truk?”
“he,, anu bu, tadi Andi ngajak balapan ke temen-temen.”
Aku merasa menyesal
karena tidak mencegah mereka untuk balapan, aku berfikir ‘sahabat macam apa aku
ini?’
“Iya, maafin aku yah Andi, aku sebagai sahabat tidak mengingatkanmu supaya tidak balapan..” Ujar ku.
“Iya, tidak apa-apa, ini aku yang salah koq, malah nekat buat balapan. Oh iya, kamu enggak kenapa-napa kan Tin?”
“Aku enggak kenapa-napa Di, semoga cepet sembuh yah, biar besok bisa ke sekolah, kan sayang kalo harus absen.”
“Iya, Insya Allah. Mohon do’anya yah teman-teman.”
“Kalau begitu kita pamit dulu yah Di.” Ujar Lani.
“Oh iya, terima kasih yah nak Tina, nak Odi, dan Nak Lani.” Kata Pak Surya, Ayahnya Andi.
“Iya, sama sama Pak, Andi kan sahabat kami pak, sebagai sahabat sejati kita harus selalu ada disaat suka maupun duka, iya kan Andi?.” Ujar Tina.
Andi tersenyum bahagia ketika mendengar pernyataan Tina, Terlihat dari raut wajahnya, sepertinya Andi sedang berfikir bahwa memang benar sahabat sejati itu harus ada dalam suka maupun duka.
“Iya, maafin aku yah Andi, aku sebagai sahabat tidak mengingatkanmu supaya tidak balapan..” Ujar ku.
“Iya, tidak apa-apa, ini aku yang salah koq, malah nekat buat balapan. Oh iya, kamu enggak kenapa-napa kan Tin?”
“Aku enggak kenapa-napa Di, semoga cepet sembuh yah, biar besok bisa ke sekolah, kan sayang kalo harus absen.”
“Iya, Insya Allah. Mohon do’anya yah teman-teman.”
“Kalau begitu kita pamit dulu yah Di.” Ujar Lani.
“Oh iya, terima kasih yah nak Tina, nak Odi, dan Nak Lani.” Kata Pak Surya, Ayahnya Andi.
“Iya, sama sama Pak, Andi kan sahabat kami pak, sebagai sahabat sejati kita harus selalu ada disaat suka maupun duka, iya kan Andi?.” Ujar Tina.
Andi tersenyum bahagia ketika mendengar pernyataan Tina, Terlihat dari raut wajahnya, sepertinya Andi sedang berfikir bahwa memang benar sahabat sejati itu harus ada dalam suka maupun duka.
* * *
Hari ini Aku, Tina, dan Lani
berencana untuk menjenguk kembali Andi di Rumah Sakit. Kebetulan hari ini
adalah hari Minggu, jadi kita bisa pergi ke Rumah Sakit. Kami membawa
buah-buahan segar untuk Andi.
Sesampainya di Rumah Sakit,
terlihat dari luar kamar ada Bu Surya yang sedang menungguinya.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam, eh kalian.!”
“hehe iya bu, bagaimana kabar Andi sekarang?, apakah sudah membaik?” Tanyaku Kepada Bu Surya.
“Alhamdulillah, siang ini kami mau pulang. Sekarang sedang menunggu Ayahnya yang sedang ke depan.”
“Wah, Alhamdulillah yah bu, Andi sudah dibolehkan pulang, oh iya, ini bu ada sedikit buah-buahan untuk Andi dari kami, mohon diterima.” Ujar Lani.
“Oalah, Terima kasih yah nak, repot-repot bawa buah-buahan untuk Andi. Dari kemarin Andi ini sudah pengen pulang loh nak, katanya kangen bermain sama kalian.” Kata Ibunya Andi.
“Iya, jujur aja, aku udah enggak betah disini, aku kangen rumah Lan, aku kan orang sehat bukan orang sakit, masa harus tinggal terus di Rumah Sakit.” Tukas Andi.
“Andi, Andi, kamu ini sudah kayak jagoan saja, meskipun kamu keluar dari Rumah Sakit, bukan berarti kamu bebas main sepeda yah, kalau sudah sembuh total baru kamu boleh mengendarai sepeda mu itu.” Kata Ibunya Andi.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam, eh kalian.!”
“hehe iya bu, bagaimana kabar Andi sekarang?, apakah sudah membaik?” Tanyaku Kepada Bu Surya.
“Alhamdulillah, siang ini kami mau pulang. Sekarang sedang menunggu Ayahnya yang sedang ke depan.”
“Wah, Alhamdulillah yah bu, Andi sudah dibolehkan pulang, oh iya, ini bu ada sedikit buah-buahan untuk Andi dari kami, mohon diterima.” Ujar Lani.
“Oalah, Terima kasih yah nak, repot-repot bawa buah-buahan untuk Andi. Dari kemarin Andi ini sudah pengen pulang loh nak, katanya kangen bermain sama kalian.” Kata Ibunya Andi.
“Iya, jujur aja, aku udah enggak betah disini, aku kangen rumah Lan, aku kan orang sehat bukan orang sakit, masa harus tinggal terus di Rumah Sakit.” Tukas Andi.
“Andi, Andi, kamu ini sudah kayak jagoan saja, meskipun kamu keluar dari Rumah Sakit, bukan berarti kamu bebas main sepeda yah, kalau sudah sembuh total baru kamu boleh mengendarai sepeda mu itu.” Kata Ibunya Andi.
“hmm.. Andi kan pengen
maen sama temen-temen Andi, Andi kangen sepeda Andi.” Kata Andi.
“Ya sudah, gimana nanti yah nak, sekarang yang terpenting adalah kamu harus sembuh dulu.”
Terlihat raut wajah Andi yang agak cemberut, kami hanya bisa tertawa melihat tingkah Andi, dengan perawakkan yang besar dengan ekspresi cemberut semakin menambah kelucuan Andi. Seketika gelak tawa kecil menghiasi ruangan kamar 29A.
“Ya sudah, gimana nanti yah nak, sekarang yang terpenting adalah kamu harus sembuh dulu.”
Terlihat raut wajah Andi yang agak cemberut, kami hanya bisa tertawa melihat tingkah Andi, dengan perawakkan yang besar dengan ekspresi cemberut semakin menambah kelucuan Andi. Seketika gelak tawa kecil menghiasi ruangan kamar 29A.
Terlihat dari dalam kamar, ayah Andi
yang akan segera memasuki kamar.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam, nah itu ayah sudah kembali.” Ujar Andi.
“Wah, ada teman-temannya Andi yah?” Kata Ayahnya Andi.
“Iya pak, kita mau ikut menjemput Andi, katanya kan Andi sudah boleh pulang. Hehe.” Tukasku.
“Iya, ini kita udah packing persiapan pulang, ya sudah, tunggu apa lagi mari kita pulang.”
“Yeeee...” Kata Andi.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam, nah itu ayah sudah kembali.” Ujar Andi.
“Wah, ada teman-temannya Andi yah?” Kata Ayahnya Andi.
“Iya pak, kita mau ikut menjemput Andi, katanya kan Andi sudah boleh pulang. Hehe.” Tukasku.
“Iya, ini kita udah packing persiapan pulang, ya sudah, tunggu apa lagi mari kita pulang.”
“Yeeee...” Kata Andi.
Kita
pun pulang ke rumah Andi menggunakan mobil ayahnya Andi, sepanjang perjalanan
kami bercanda, bermain tebak-tebakan, dan tertawa bersama.
Kebersamaan ini sungguh sangat indah. Kebersamaan dalam persahabatan.
Ya, Persahabatan dalam tali Ukhuwah.
Kebersamaan ini sungguh sangat indah. Kebersamaan dalam persahabatan.
Ya, Persahabatan dalam tali Ukhuwah.
Tak
terasa, kita telah sampai di Rumah Andi, Rumahnya yang sangat ia rindukan.
“Gimana Andi? seneng kamu bisa kembali ke rumah?” Tanya Bu Surya.
“Seneng pake buangeeeet bu.”
“Kamu ini ada ada saja Andii, Andi..” Kata Pak Surya
“Hehe, maklum namanya orang kangen mau gimana lagi bu, Ibu juga sama Ayah atau sama Andi kalau misal lama tak berjumpa apa enggak kangen? hehe” Goda Andi
“Gimana Andi? seneng kamu bisa kembali ke rumah?” Tanya Bu Surya.
“Seneng pake buangeeeet bu.”
“Kamu ini ada ada saja Andii, Andi..” Kata Pak Surya
“Hehe, maklum namanya orang kangen mau gimana lagi bu, Ibu juga sama Ayah atau sama Andi kalau misal lama tak berjumpa apa enggak kangen? hehe” Goda Andi
Ayah dan Ibunya Andi
keduanya saling tersenyum malu.
“Ah, kamu bisa saja Di, memang iya sih, Ayah kan sayang sama Ibu dan kamu Di,” Kata Ayahnya Andi
“Iya, benar kata Ayahmu, Ibu Juga Sayang sekali sama Ayah dan kamu.” Tukas Ibunya Andi.
“Ah, kamu bisa saja Di, memang iya sih, Ayah kan sayang sama Ibu dan kamu Di,” Kata Ayahnya Andi
“Iya, benar kata Ayahmu, Ibu Juga Sayang sekali sama Ayah dan kamu.” Tukas Ibunya Andi.
Aku,
Tina, dan Lani hanya bisa tersenyum melihat kehangatan keluarga mereka.
Aku jadi kangen Ayah dan Ibu ku, aku jadi pengen cepet pulang.
“Ayo nak masuk, Ibu sama Bapak tinggal dulu yah.” Kata Bu Surya.
“Iya bu.” Kata Aku, Tina, dan Lani.
Aku jadi kangen Ayah dan Ibu ku, aku jadi pengen cepet pulang.
“Ayo nak masuk, Ibu sama Bapak tinggal dulu yah.” Kata Bu Surya.
“Iya bu.” Kata Aku, Tina, dan Lani.
Aku,
Tina, Lani, dan Andi berbincang bincang di teras luar.
“Inget yah Andi, lain kali kalau bawa sepeda kita enggak boleh main kebut-kebutan, bahaya kan?.” Kata Tina.
“Iya Tin, aku kapok. Insya Allah aku enggak akan lagi kebut-kebutan.”
“Nah gitu dong Di.” Tukas ku.
“Oh iya, terima kasih yah sahabat-sahabat jiwaku, Ana Uhibbukum Fillah, Semoga Ukhuwah kita tidak akan terputus sebagai sahabat sejati yah sahabat.” Kata Andi.
“Inget yah Andi, lain kali kalau bawa sepeda kita enggak boleh main kebut-kebutan, bahaya kan?.” Kata Tina.
“Iya Tin, aku kapok. Insya Allah aku enggak akan lagi kebut-kebutan.”
“Nah gitu dong Di.” Tukas ku.
“Oh iya, terima kasih yah sahabat-sahabat jiwaku, Ana Uhibbukum Fillah, Semoga Ukhuwah kita tidak akan terputus sebagai sahabat sejati yah sahabat.” Kata Andi.
“La
to the Ni, Lani..”
“O to the Di, Odi..”
“Ti to the Na, Tina..”
“An to the Di, Andi..”
Yupz, We Are The Lota Friends, Always Together and Always Forever..
“O to the Di, Odi..”
“Ti to the Na, Tina..”
“An to the Di, Andi..”
Yupz, We Are The Lota Friends, Always Together and Always Forever..
Kami
pun tertawa, tertawa bahagia sekaligus bangga menjalin persahabatan yang indah
dalam Ukhuwah.
"Lota Friends is a Lot of Friend, cause we are family."
"Lota Friends is a Lot of Friend, cause we are family."
*
* *
Penulis : Aldy Azward
Komentar
Posting Komentar